Panca Jiwa adalah lima nilai yang mendasari kehidupan Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar
1. Keikhlasan
Keikhlasan berarti mempunyai kebersihan hati dari segala perbuatan yang tidak baik,
وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَعۡبُدُوا اللّٰهَ مُخۡلِصِيۡنَ لَـهُ الدِّيۡنَ
Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama (Q.Q Al Bayyinah: 5)
Sepi Ing Pamrih (tidak karena didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan-keuntungan tertentu) semata-mata karena untuk ibadah Lillah. Hal ini meliputi segenap suasana kehidupan dipesantren, guru ikhlas mengajar, para santri ikhlas belajar, pengurus pesantren ikhlas dalam membantu.
Segala gerak gerik dalam pesantren berjalan dalam suasana yang harmonis antara guru yang disegani dan santri yang taat dan penuh cinta serta hormat dengan segala leikhlasannya. Dengan demikian, maka setiap santri diharap mampu mengerti dan menyadari arti lillah, arti beramal, arti taqwa dan arti ikhlas.
2. kesederhanaan
Kehidupan dalam pesantren diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana bukan berarti pasif (menerima apa adanya tanpa usaha untuk mengembangkan diri). Kesederhanaan adalah sikap dan sifat yang agung diantara dua sifat yang buruk, ifrath (berlebihan) dan tafrith (sepele). Sederhana bukan berarti miskin, sederhana dalam pakaian, sederhana dalam makanan dan penampilan. Yang demikian bukan berarti artinya adalah miskin melainkan mengandung unsur kekuatan dan ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dalam segala ketegaran.
وَالَّذِيۡنَ اِذَاۤ اَنۡفَقُوۡا لَمۡ يُسۡرِفُوۡا وَلَمۡ يَقۡتُرُوۡا وَكَانَ بَيۡنَ ذٰلِكَ قَوَامًا
Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar, (Q.S. Al-Furqon: 67)
Maka, dibalik kesederhaan itu terpancarlah keagungan dan jiwa besar, berani maju terus dalam menghadapi perjuangan hidup, dan pantang mundur dalam segala keadaan. Bahkan didinilah tumbuhnya mental/karakter yang menjadi menjadi acuan dalam suksesnya perjuangan disegala lini kehidupan.
3. Berdikari
Berdikari merupakan senjata hidup yang paling ampuh. Seorang santri bukanlah berarti bahwa ia selalu belajar dan berlatih mengurus segala kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga harus menyadari bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan, tidak pernah menyandarkan kehidupannya pada bantuan dan belas kasih orang lain, rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ حَطَبٍ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيْعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ، أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوْهُ.
Sungguh, seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya, kemudian ia menjualnya sehingga dengannya Allah menjaga wajahnya (kehormatannya), itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada orang lain, mereka memberinya atau tidak memberinya. (H.R. Bukhori, no. 1471, 2075)
Itu sebabnya pesantren berprinsip Zelp Berdlupping System (sama-sama membayar iuran dan sama-sama dipakai). Disamping pesantren tidak bersikap kaku menolak orang-orang yang akan membantu. Selain menolong diri sendiri, menolong masyarakat atau rasa social kemasyarakatan jangan diabaikan, karena Al-Kautsar sebagian dari masyarakat di daerah ini.
4. Ukhuwwah Islamiah
Kehidupan di pesantren diliputi oleh suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala kenangan dirasakan bersama dengan adanya perasaan keagamaan yang kuat (in group feeling). Ukhuwah islamiyyah ini, bukan saja selama didalam pesantren, tetapi juga sepulangnya dari pesantren kelak, yang terhimpun dalam wadah ikatan keluarga Al-Kautsar (IKA).
Dan berbuat baik kepada sesame manusia telah mempertemukan hati dengan hati dengan menghilangkan sifat-sifat nafsi-nafsi, individualism, egoism, dll. Seperti didalam Al-Qyr’an:
اِنَّمَا الۡمُؤۡمِنُوۡنَ اِخۡوَةٌ فَاَصۡلِحُوۡا بَيۡنَ اَخَوَيۡكُمۡوَ اتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (Q.S. Al-Hujarat: 10)
اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.
“Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” Dan beliau merekatkan jari-jemarinya.( HR. Al-Bukhari (no. 481, 2446, 6026).
5. Kebebasan
Bebas dalam berfikir dan berbuat dalam segi positif, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup dimasyarakat kelak. Dengan berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi kehidupan. Kebebasan itu bahkan sampai kepada bebas dari pengaruh orang lain.
Hanya saja dalam kebebasan ini seringkali kita temui unsur-unsur negatif, yaitu apabila kebebasan itu disalah artikan, sehingga terlalu bebas (liberal), yang pada akhirnya kehilangan arah dan tujuan atau prinsip. Seperti orang kafir:
لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا فِى الۡبِلَادِؕ )١٩٦( مَتَاعٌ قَلِيۡلٌ ثُمَّ مَاۡوٰٮهُمۡ جَهَنَّمُؕ وَ بِئۡسَ الۡمِهَادُ) ١٩٧(
Jangan sekali-kali kamu terpedaya oleh kegiatan orang-orang kafir (yang bergerak) di seluruh negeri. (196) Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah neraka Jahanam. (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat tinggal. (197). (Q.S. Ali Imran: 196-197)